Kata “Sains” berasal dari bahasa latin “Scientia” yang berarti pengetahuan. Dari webster new collegiate dictionary definisi sains adalah “pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah.
Sains merupakan suatu kajian yang bersifat teoritis, empiris, dan pengetahuan praktis tentang segala fenomena alam. Pada mulanya, sains merupakan suatu kajian yang menggunakan metode historis, sejarah intelektual, dan sejarah sosial namun istilah science baru diperkenalkan oleh William Whewel pada abad ke-19.
Sains atau yang biasa disebut dengan Ilmu Pengetahuan merupakan suatu kajian lanjutan dari pengetahuan. Pada mulanya, pengetahuan adalah suatu usaha yang ditangkap oleh panca indera dari fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan namun belum menyelami lebih dalam lagi kedala kajian ilmiah, dalam arti lain masih dalam “kepercayaan” saja namun belum menerapkan metode penelitian dengan menggunakan data-data yang valid agar dihasilkan suatu ilmu yang pasti.
2.3 Sejarah Sains dari Masa ke Masa
1. Masa Klasik (Yunani Kuno)
Pada masa ini, segala sesuatu penelitian yang berfokus terhadap alam yang digunakan untuk tujuan yang praktis dalam kehidupan. Masa klasik ini disebut juga sebagai Filsafat Alam. salah seorang tokoh pra-Sokrates, Thales (640-546 SM) dikenal sebagai Bapak Sains yang pertama kali mengungkapkan segala sesuatu hal fenomena yang terjadi di alam bukanlah karena peristiwa supranatural semata melainkan hal-hal yang dapat dijelaskan secara logis.
Pada masa Thales ini merupakan suatu masa peralihan antara masa mitos-mitos menjadi masa logos. Kemudian, ajaran Thales tentang alam ini disebarkan dan diturunkan kepada muridnya, Phytagoras mendirikan sekolah Phytaghorean dan melakukan penelitian dibidang matematika. Phytagoras pula yang pertama kali mengungkapkan bahwa bumi itu bulat. Leucippus (abad ke-5 SM) melanjutka ajaran sains tersebut dengan mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini berasal dari suatu zat yang tak terpisahkan dan kekal disebut atom. Pada masa ini mulai terbukalah pemikiran tentang fenomena alam yang diteliti secara logis.
Sejarah terbentuknya kajian alam secara ilmiah dimulai pada masa Plato (427-347 SM) dan muridnya, Aristoteles (384-322 SM). Aristoteles kemudian mengungkapkan bahwa segala kebenaran yang universal bermula dari melakukan observasi dan induksi. Hal ini lah yang akan menjadi dasar dari sebuah metode penelitian ilmiah. Karya-karya Aristoteles yang menyangkut tentang hal biologi yang empiris dan keragaman hidup, selanjutnya tulisan Aristotels banyak tersebar dan dipelajari oleh pelajar-pelajar Islam dan Eropa.
Beberapa hasil penelitian terhadap alam yakni anatomi, zoologi, botani, mineralogi, geografi, matematika dan astronomi yang terus meluas dengan menerapkan metode matematika dan penelitian empiris. Selanjutnya, metode matematika dan penelitian empiris ini kemudian digunakan pada zaman Helenistik dan terus menyebar hingga pada abad pertengahan yang melahirkan filsuf muslim, hingga masa Renaisans di Eropa, hingga masa sains modern.
2. Masa Abad Pertengahan
Perjalanan pengembangan ilmu sains tidak hanya berhenti sampai pada masa Yunani saja. Ajaran dan metodologi dalam penelitian sains berkembang dan menyebar hingga menyentuh kekhalifahan Muslim di Timur dan Selatan.
Pada mulanya, hal ini dilatarbelakangi dengan peristiwa Perang Salib dan Invasi Mongol yang kemudian membuat orang-orang Eropa sementara untuk tinggal di wilayah Timur, mempelajari tentang sains yang dikembangkan oleh para ilmuwan muslim hingga mereka kembali ke Eropa dan meneybarkannya. Selain itu, pengaruh islamisasi di Spanyol pun turut menjadi faktor penyebaran sains hingga ke Perancis.
Pada abad Pertengahan ini juga berpengaruh oleh Eropa. Masyarakat Eropa banyak belajar tentang tanaman dan astronomi bersama dengan para ilmuwan muslim. Peristiwa Perang Salib dan Invasi Mongol banyak berpengaruh pada dunia Islam dan juga pada penyebaran sains yang semakin meluas.
3. Sains Masa Modern
Sains dalam periode modern yang dimulai pada abad ke-19 hingga 20 ini semakin meluas karena sebuah zaman dan teknologi yang semakin canggih. Sains masa modern ini sebetulnya sudah mulai merangkak naik pada masa Renaisans dan terus berlanjut hingga masa modern. Pada masa ini pula disebut sebagai masa Humanisme, dimana sebelumnya ketika filsafat mulai meredup dan manusia diikat dengan aturan gereja tidak ada kebebasan untuk berpikir sesuai dengan ukuran yang dibuat manusia.
Masa modern mulai terpecahnya sains menjadi beberapa cabang ilmu yang terus dikembangkan hingga saat ini. beberapa cabang ilmu tersebut sepertii fisika yang membahas tentang gravitasi alam di bumi dan hukum gerak dikemukakan oleh Isaac Newton (pada tahun 1687) dalam bukunya Principia Mathematica. Selanjutmya, tokoh-tokoh yang berperan dalam pengembangan fisika modern diantaranya Max Planck, Albert Einstein, Niels Bohr yang dimulai pada tahun 1900.
Kimia juga berkembang pesat pada masa ini, salah satunya dengan melakukan percobaan gravimetric dengan kimia medis yang dilakukan oleh beberapa tokoh seperti William Cullen, Joseph Black, Torbern Bergman, dan Pierre Macquer. Antoine Lavoisier (bapak kimia modern) melanjutkan penelitannya dengan pengenalan oksigen dan hukum kekekalan massa. John Dalton pada tahun 1803 mengungkapkan bahwa segaa sesuatu di alam ini berasal dari atom yang tidak dapat terpecahkan dan tidak kehilangan kimia dasar dan sifat fisik dari materi. Periodik elemen kemudian diciptakan oleh Dmitri Mendeleev pada tahun 1869 berdasarkan penemuan Dalton.
Perkembangan sains di masa modern ini terus melahirkan beberapa cabang ilmu lainnya seperti geologi, biologi, kedokteran dan genetika, astronomi, dan ekologi. Disamping itu, berkembang pula ilmu sosial seperti ilmu politik, ekonomi, linguistik, psikologi, sosiologi, dan antropologi.
Penemuan hebat dari masa ke masa, dari segala penelitian dan kajian dari yang bersifat sederhana, hanya dengan menggunakan penalaran rasional dan perenungan terhadap alam hingga sampai pada masa canggih dengan melibatkan alat dan metode penelitian yang cukup kompleks agar dihasilkan suatu sains yang dapat digunakan dan membantu manusia dalam mengembangkan intelektualnya.
2.3 Sejarah Sains dalam Islam dan temuan dari para saintis Muslim
Dinasti Abbasiyah mempunyai rentang waktu kekuasaan yang cukup lama yakni dari tahun 750 M. Sampai tahun 1258 M. Selama rentang waktu kekuasaan itu banyak perbedaan-perbedaan, ini disebabkan oleh perubahan sosial politik dan budaya. Berkat perubahan-perubahan itu, para sejarawan mengklasifikasikan menjadi tiga periode :
Periode ini dimulai tahun 132 H - 232 H. Kekuasaan periode ini ditangan khalifah.
Mulai tahun 232 H – 590 H. Kekuasaan hilang dari tangan khilafah.
Dimulai tahun 590 H – 656 H. Kekuasaan kembali ke tangan khalifah.
Dinasti ini, dirintis oleh Abu Abbas As-Shaffah dan Abu Ja’far Al-Mansur dan mencapai zaman keemasan pada 7 khalifah setelah nya.
Zaman ketika sampai masa paling maju dalam semua bidang ilmu pengetahuan ataupun sains sampai kepada puncaknya adalah pada masa khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M). Dan putranya Al-Ma’mun (813 – 833 M). Kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesusasteraan, dan semua kebudayaan mengalami kemajuan yang pesat. Pada masa ini, jadi acuan ilmu pengetahuan bagi para pencari ilmu pengetahuan dari seluruh dunia. Dengan adanya “Baitul Hikmah” yang berarti gedung ilmu pengetahuan.
Diceritakan juga, bahwa pada masa Harun Al-Rasyid juga berkembang cabang-cabang ilmu pengetahuan seperti Matematika, Fisika, Astronomi, dan pada bidang kemiliteran turut mengalami perkembangan yang pesat.
Di Baitul Hikmah ketika jabatan kekuasaan khalifah sudah di turunkan kepada Al-Makmun, ia mengumpulkan berbagai pengetahuan asing, kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Arab.